24.11.20

An Ode to Myself

to all my dear 

the lonely soul

i am reaching out to you

 

you lost track in time and place

trying so hard to get your sanity back

because at the very moment

you finally turned into a madman

 

sometimes the most important thing

in a whole day is the rest we take

between two deep breaths

 

in between those two deep breaths

after everything that had been said and done

every journey you had made 

you forgot what you were fighting for

you lost the purpose 

like a dead man walking

 

in your dead silence

you felt the need of being found

and time did the truth justice

they already found you long time ago

yet you did not want to be found.

 

22.10.20

Flying the Kite

On such a busy day
I stopped for a while
I looked outside and be amazed
the view was quite extraordinary

It had rained before
very hard
It had happened for the past three days

I was feeling a bit restless
and just wanted to scream at literally everything
to my heart I could condemn
my thoughts were contemplating
racing wildly like a lion roaming its prey

sky was filled with bunch of kites
They were green, yellow, and red
floating like they never touched the ground
swimming above the afternoon horizon
It tails were calling the lonely soul
wishing they had them accompanied

I could only cry down below
wiping some dirt off my feet
tried to jump and chase them
wasting my time
cause my feet were chained down

I did not ask for big bucks
nor did I ask a huge castle
all I wanted was to be up there
playing with my own kite.

 

27.5.20

lazy cat : Punyong

Ola semuanya yeorobunn!

Kek mana kabar klen semua we? Apik-apik wae toh~

Bagi kalian yang belum mengenalku. Aku adalah orang biasa yang sedang dinas di sebuah kota kecil di pinggiran provinsi Banten. Yup! Pandeglang haha. Konsekuensi yang harusnya ikhlas aku terima sejak aku diterima di salah satu sekolah kedinasan di negeri ini. Tahun 2017 lalu, aku diterima masuk perguruan tinggi kedinasan PKN STAN. Dan lulus 2018 (tentu karena aku D1) lalu ditempatkan di Pandeglang. Merantau sendirian di kota antah berantah tanpa sanak saudara yang bisa dijangkau, di usia yang terbilang muda untuk aku yang anak '98 ini. Ngenes ya. Hahaha. Bentar, nangis dulu. Huhuhu.

Karena tidak memiliki kenalan atau sanak saudara di sini, aku memutuskan untuk menyewa kamar kos. Tentu yang kamarnya harus sendiri. Aku tidak bisa berbagi ruangan dengan orang asing. Aku pemalu. Dan introvert. Juga sarkas dan tidak manis. 

Setelah satu tahun lamanya, pencarian kos terbaik pun jatuh pada kos belakang kantor yang mana dengan sekali lompat aku sudah masuk parkiran belakang kantor. Selama satu tahun itu aku kerap berganti kos hingga 3 kali. Pertama karena aku tidak tahan dengan kecoa yang tidak sekali tapi dua kali bahkan tiga kali masuk kamarku tanpa permisi. Di samping itu, kasurnya sudah sangat usang hingga punggungku yang berusia 60 tahun ini tidak sanggup berbaring lagi di atasnya. Padahal sayang sekali, letak kosnya dekat dengan kantor.  

Lalu, aku pun pindah ke kos yang lumayan jauh jaraknya. Perlu 15 menit untuk sekali jalan ke kantor. Kos kedua ini aku akui memang nyaman tempatnya. Luas untuk ukuran harga 600.000 rupiah. Tapi, jaraknya cukup tidak bersahabat. Akhirnya akupun memutuskan untuk mencari hunian kos baru. Kos belakang kantor, Kos Pasar Heubel yang akhirnya dalam masa pembangunan sejak aku menginjakkan kaki di bumi Pandeglang dibuka pada bulan Agustus. Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, aku pun menandatangani kontraknya hahahaha. Agustus awal, di malam setelah lembur kerja yang bikin pusing tujuh keliling, aku pun pindah ke kos baru belakang kantor.

Kemudian, aku pun mendapat teman baru di sana. Dan merupakan suatu kebahagiaan bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama mereka. Mereka adalah trio yang sebenarnya. Please welcome... spoiler dulu ya, aku Cat Lovers.

Annyeong, my name is Punyong~
Namanya Punyong. Tidak perlu nanya asal-usul nama ya. Alasannya sederhana sekali, kuberi nama Punyong karena dia imut, tsundere, dan punya bakat jadi ninja. Dan suatu hari aku kebingungan memanggil dia. Kupanggil "Cing" rasanya kurang lega. Akhirnya kuganti menjadi "Nying". Tapi lambat laun, aku merasa ada yang tidak beres dan mulai terdengar tidak senonoh. Panggilan "Nyong" pun jadi. Karena aneh, aku sengaja menambahkan awalan "Pu". Dan jadilah panggilang "Punyong".

Kami bertemu pada awal April, kalau  tidak salah tanggal 5 April 2020. Sore itu, aku membuka pintu dan mencoba menghirup udara segar setelah suntuk rebahan di dalam kamar. Mungkin jenuh karena efek WFH (work from home). Lalu, Punyong melintas di seberang kamarku. Tiba-tiba dia berhenti. Kami saling menatap lalu aku mengarahkan jariku ke satu titik ubin depan kamarku. Mengisyaratkan agar dia datang kepadaku. Namun, dia sama sekali bergeming dari tempatnya. Lalu aku mulai mengambil whiskas yang kusimpan untuk kucing yang sering nongol di sekitar kantorku. Kubuka kemasan whiskas itu dan Punyong pun mulai berjalan mendekatiku. Mungkin karena baunya. Bau whiskas, jelas bukan bauku.

5 April 2020 I The first time we met
Bisa dilihat betapa sangat terburu-burunya aku memberi makan hingga aku meletakkannya di atas plastik kresek Alfamart. Karena kalau aku tidak cepat, aku bisa kehilangan Punyong. Bisa kalian lihat, dia bukan kucing kampung. Dia kucing ras yang mana tentu saja dengan kemampuanku yang pas-pasan tentang dunia perkucingan, tidak bisa mengetahui ras apa. Dan pasti ada pemiliknya. 

Besoknya, siapa sangka aku kembali dipertemukan dengan Punyong! Lalu dengan tanggap kusiapkan whiskas beserta tempat makan yang lebih layak dibanding kemarin. Ya betul, tutup wadah plastik.



Setelah beberapa hari kemudian, kami pun berteman. Punyong sering bermain ke tempatku. Namun aku cukup sedih karena tebakanku benar. Punyong sudah memiliki majikan, dia memakai kalung dengan tali berwarna biru dan lonceng merah magenta. 

Aku pun mulai membuat rincian pengeluaran bulanan (sungguh kalimat yang penuh kebohongan). Punyong biasa kuberi makan dua kali sehari, pagi dan sore. Whiskas basah dibandrol dengan harga yang lumayan tidak murah untuk satuannya. Sekitar 7.000-8.000 rupiah. Sehingga, dalam sehari aku bisa menghabiskan sekitar 14.000 rupiah. Mari kita kalikan itu dengan 30. Wah, hampir separuh gaji uang makanku habis untuk belanja whiskas si Punyong. Tentu sebenarnya aku pun tak keberatan. Tapi, kemudian ketika aku mulai menunjukkan tanda-tanda bokek, aku memilih untuk membeli whiskas kering jiyajiya..

Hari terakhir Punyong makan whiskas basah yang mahal. Punyong be like, "Why hooman? Why you did dis?"

Tempat favorit Punyong di dalam kos adalah di sebelah juntaian gorden dekat kamar mandi. Sehabis melahap makannya, dia biasa nongkrong dan rebahan di sana. 

"Berhenti mengangguku dan biarkan aku tidur, hooman!"

Punyong's favorite sleeping pose. Kayak keset ya.

Dan kalau kalian menyadarinya, Punyong tengah hamil. Tapi kemampuannya memanjat jendela kamarku sungguh menakjubkan. Seperti yang kubilang di awal, Punyong punya bakat ninja yang terpendam. Diam-diam, dia suka masuk lewat jendela kamarku. Awalnya berhasil bikin jantung tukar tempat dengan paru-paru. Terkejutnya daku. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan gaya ninjanya. Pernah suatu hari aku pergi belanja, lalu pulangnya hujan deras. Ketika sampai depan kos, aku melihat Punyong sudah duduk di atas jendela.

Punyong climbing on my window on rainy days. That day, I was not at home. I was doing some groceries shopping.

Senang sekali melihat dia duduk manis di atas jendelaku dengan muka tak berdosa. Mungkin seperti inilah rasanya ketika memiliki seseorang yang menunggumu ketika kau pulang ke rumah.

Where Punyong sat on my lap for the first time.

Punyong being forced to watch K-drama with me. 







Punyong and her current cute baby kitten.

Awalnya agak aneh merasa bahwa Punyong sebenarnya hamil, tidak gendut, karena dia sedang menyusui anak-anaknya yang masih krucil-krucil kocik menggemaskan itu. Tapi, entah semakin lama, perutnya semakin membesar. Akhirnya, aku yakin betul kalau dia memang benar hamil.

Sekarang cuma satu harapanku, semoga Punyong bisa melahirkan dengan selamat. Semoga bayinya tidak ada yang cacat. Tetaplah memanjat jendelaku, Punyongku yang imut. Aku selalu menanti kehadiranmu. Kalau sudah lahiran, sering-sering main ke kamarku yaa~

Annyeong, Punyong-ah!