Ola
semuanya yeorobunn!
Kek
mana kabar klen semua we? Apik-apik wae toh~
Bagi kalian yang belum mengenalku. Aku adalah orang biasa yang sedang dinas di sebuah kota kecil di pinggiran provinsi Banten. Yup! Pandeglang haha. Konsekuensi yang harusnya ikhlas aku terima sejak aku diterima di salah satu sekolah kedinasan di negeri ini. Tahun 2017 lalu, aku diterima masuk perguruan tinggi kedinasan PKN STAN. Dan lulus 2018 (tentu karena aku D1) lalu ditempatkan di Pandeglang. Merantau sendirian di kota antah berantah tanpa sanak saudara yang bisa dijangkau, di usia yang terbilang muda untuk aku yang anak '98 ini. Ngenes ya. Hahaha. Bentar, nangis dulu. Huhuhu.
Karena tidak memiliki kenalan atau sanak saudara di sini, aku memutuskan untuk menyewa kamar kos. Tentu yang kamarnya harus sendiri. Aku tidak bisa berbagi ruangan dengan orang asing. Aku pemalu. Dan introvert. Juga sarkas dan tidak manis.
Setelah satu tahun lamanya, pencarian kos terbaik pun jatuh pada kos belakang kantor yang mana dengan sekali lompat aku sudah masuk parkiran belakang kantor. Selama satu tahun itu aku kerap berganti kos hingga 3 kali. Pertama karena aku tidak tahan dengan kecoa yang tidak sekali tapi dua kali bahkan tiga kali masuk kamarku tanpa permisi. Di samping itu, kasurnya sudah sangat usang hingga punggungku yang berusia 60 tahun ini tidak sanggup berbaring lagi di atasnya. Padahal sayang sekali, letak kosnya dekat dengan kantor.
Lalu, aku pun pindah ke kos yang lumayan jauh jaraknya. Perlu 15 menit untuk sekali jalan ke kantor. Kos kedua ini aku akui memang nyaman tempatnya. Luas untuk ukuran harga 600.000 rupiah. Tapi, jaraknya cukup tidak bersahabat. Akhirnya akupun memutuskan untuk mencari hunian kos baru. Kos belakang kantor, Kos Pasar Heubel yang akhirnya dalam masa pembangunan sejak aku menginjakkan kaki di bumi Pandeglang dibuka pada bulan Agustus. Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, aku pun menandatangani kontraknya hahahaha. Agustus awal, di malam setelah lembur kerja yang bikin pusing tujuh keliling, aku pun pindah ke kos baru belakang kantor.
Kemudian, aku pun mendapat teman baru di sana. Dan merupakan suatu kebahagiaan bisa bertemu dan menghabiskan waktu
bersama mereka. Mereka adalah trio yang sebenarnya. Please welcome... spoiler dulu ya, aku Cat Lovers.
Annyeong, my name is Punyong~ |
Namanya Punyong. Tidak perlu nanya asal-usul nama ya. Alasannya sederhana sekali, kuberi nama Punyong karena dia imut, tsundere, dan punya bakat jadi ninja. Dan suatu hari aku kebingungan memanggil dia. Kupanggil "Cing" rasanya kurang lega. Akhirnya kuganti menjadi "Nying". Tapi lambat laun, aku merasa ada yang tidak beres dan mulai terdengar tidak senonoh. Panggilan "Nyong" pun jadi. Karena aneh, aku sengaja menambahkan awalan "Pu". Dan jadilah panggilang "Punyong".
Kami bertemu pada awal April, kalau tidak salah tanggal 5 April 2020. Sore itu, aku membuka pintu dan mencoba menghirup udara segar setelah suntuk rebahan di dalam kamar. Mungkin jenuh karena efek WFH (work from home). Lalu, Punyong melintas di seberang kamarku. Tiba-tiba dia berhenti. Kami saling menatap lalu aku mengarahkan jariku ke satu titik ubin depan kamarku. Mengisyaratkan agar dia datang kepadaku. Namun, dia sama sekali bergeming dari tempatnya. Lalu aku mulai mengambil whiskas yang kusimpan untuk kucing yang sering nongol di sekitar kantorku. Kubuka kemasan whiskas itu dan Punyong pun mulai berjalan mendekatiku. Mungkin karena baunya. Bau whiskas, jelas bukan bauku.
5 April 2020 I The first time we met |
Bisa dilihat betapa sangat terburu-burunya aku memberi makan hingga aku meletakkannya di atas plastik kresek Alfamart. Karena kalau aku tidak cepat, aku bisa kehilangan Punyong. Bisa kalian lihat, dia bukan kucing kampung. Dia kucing ras yang mana tentu saja dengan kemampuanku yang pas-pasan tentang dunia perkucingan, tidak bisa mengetahui ras apa. Dan pasti ada pemiliknya.
Besoknya, siapa sangka aku kembali dipertemukan dengan Punyong! Lalu dengan tanggap kusiapkan whiskas beserta tempat makan yang lebih layak dibanding kemarin. Ya betul, tutup wadah plastik.
Setelah beberapa hari kemudian, kami pun berteman. Punyong sering bermain ke tempatku. Namun aku cukup sedih karena tebakanku benar. Punyong sudah memiliki majikan, dia memakai kalung dengan tali
berwarna biru dan lonceng merah magenta.
Aku pun mulai membuat rincian pengeluaran bulanan (sungguh kalimat yang penuh kebohongan). Punyong biasa kuberi makan dua kali sehari, pagi dan sore. Whiskas basah dibandrol dengan harga yang lumayan tidak murah untuk satuannya. Sekitar 7.000-8.000 rupiah. Sehingga, dalam sehari aku bisa menghabiskan sekitar 14.000 rupiah. Mari kita kalikan itu dengan 30. Wah, hampir separuh gaji uang makanku habis untuk belanja whiskas si Punyong. Tentu sebenarnya aku pun tak keberatan. Tapi, kemudian ketika aku mulai menunjukkan tanda-tanda bokek, aku memilih untuk membeli whiskas kering jiyajiya..
Hari terakhir Punyong makan whiskas basah yang mahal. Punyong be like, "Why hooman? Why you did dis?" |
Tempat favorit Punyong di dalam kos adalah di sebelah juntaian gorden dekat kamar mandi. Sehabis melahap makannya, dia biasa nongkrong dan rebahan di sana.
Dan kalau kalian menyadarinya, Punyong tengah hamil. Tapi kemampuannya memanjat jendela kamarku sungguh menakjubkan. Seperti yang kubilang di awal, Punyong punya bakat ninja yang terpendam. Diam-diam, dia suka masuk lewat jendela kamarku. Awalnya berhasil bikin jantung tukar tempat dengan paru-paru. Terkejutnya daku. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan gaya ninjanya. Pernah suatu hari aku pergi belanja, lalu pulangnya hujan deras. Ketika sampai depan kos, aku melihat Punyong sudah duduk di atas jendela.
Punyong climbing on my window on rainy days. That day, I was not at home. I was doing some groceries shopping. |
Senang sekali melihat dia duduk manis di atas jendelaku dengan muka tak berdosa. Mungkin seperti inilah rasanya ketika memiliki seseorang yang menunggumu ketika kau pulang ke rumah.
Where Punyong sat on my lap for the first time. |
Punyong being forced to watch K-drama with me. |
Punyong and her current cute baby kitten. |
Awalnya agak aneh merasa bahwa Punyong sebenarnya hamil, tidak gendut, karena dia sedang menyusui anak-anaknya yang masih krucil-krucil kocik menggemaskan itu. Tapi, entah semakin lama, perutnya semakin membesar. Akhirnya, aku yakin betul kalau dia memang benar hamil.
Sekarang cuma
satu harapanku, semoga Punyong bisa melahirkan dengan selamat.
Semoga bayinya tidak ada yang cacat. Tetaplah memanjat jendelaku,
Punyongku yang imut. Aku selalu menanti kehadiranmu. Kalau sudah
lahiran, sering-sering main ke kamarku yaa~
Annyeong, Punyong-ah!
No comments:
Post a Comment