Assalamu'alaikum Wr.Wb
Hai, prend. Hari ini, gue sengaja ngepost hasil dari sinopsis yang gue buat. Semoga bisa bermanfaat. Dan, terima kasih buatSinta YudhisiaWisudanti, si Pengarang Novelnya. Terima kasih banget udah menghasilkan karya yang bisa buat gue..gue... cantik. Maksud? Nggak Tahu.
Check it out!
“Sebuah Janji”
Tuqluq Timur Khan. Nama itu terngiang di
telinga para awam. Penguasa generasi setelah Kaisar Agung Jengiz Khan yang
terkenal dengan keberanian, jiwa pemimpin yang tidak diragukan dan semangatnya.
Hanya perlu menaklukan beberapa daerah bekas kekuasaan Kaisar Agung Jengiz Khan
sehingga impiannya untuk mempersatukan wilayah Mongolia kembali sudah semakin
dekat. Tugluq Timur Khan berjuang sangat keras bersama orang kepercayaan yang
selalu ada di sisinya, Panglima Albuqa Khan. Dulu, Mongolia berada dalam satu
imperium besar. Namun, wasiat Kaisar Agung Jengiz Khan agar keempat putranya
memimpin Mongolia bersama – sama merupakan langkah yang fatal. Keempat putranya seperti tergiur oleh
keinginan akan limpahan harta dan kejayaan yang abadi sehingga membuat Mongolia
terpecah belah.
Istana kerajaan yang membentang luas dengan
taman dipenuhi bunga teratai bermekaran. Di dalamnya tidak pernah sepi, para
dayang berseliweran melayani penghuninya. Hari itu, Permaisuri mengunjungi
ketiga putranya yang sedang berlatih. Tampaknya sang dewi langit sangat rindu
akan mereka. Sesampainya di tempat pelatihan, ketiga putranya terkejut dan
menyudahi latihan mereka demi melihat Permaisuri turun dari kereta kencana.
Pengeran Takudar dengan sifat kepemimpinan yang luar biasa dari Ayahandanya dan
kebijakan yang dimiliki Permaisuri Ilkhata, sang Ibunda, yang dimilikinya.
Arghun, Pangeran kedua yang cepat mengambil keputusan dan sulit meredam amarah
berbeda jauh dengan Pangeran pertama dan ketiga. Buzun si bungsu yang selalu
tenang menghadapi masalah dan selalu tampak ceria. Mereka bertiga berlatih
memanah, menombak dan berkuda bersama Guru Bu Tong dan Guru Mo Huang setiap
hari. Tak lupa, mereka juga mempelajari sejarah kerajaan terdahulu dan taktik
perang.
Peristiwa yang terjadi pada penerus Kaisar
Agung Jengiz Khan kembali menghantui sang Permaisuri Ilkhata. Akhir – akhir ini,
Permaisuri tampak resah walaupun Bibi Yan Che –kepala para dayang di Istana,
telah menenangkannya. Guru Bu Tong dan Guru Mu Huang juga telah berkata bahwa
ketiga putranya adalah putra yang luar biasa hebat sehingga, mereka berdua
berpikir pernyataan itulah yang sekiranya mampu membuat Permasiuri Ilkhata
tersenyum puas dan bangga.
Di bawah terik matahari, pasukan berkuda yang
di pimpin Kaisar Tuqluq Timur Khan mulai berburu rusa. Tidak seperti biasanya,
hanya satu rusa yang berhasil dipanah. Di hari – hari biasa, mereka mampu
mendapatkan rusa 10 ekor lebih. Kaisar tampak tidak puas dan marah pada dirinya
sendiri. Tak lama, datang tamu tak diundang. Albuqa Khan tampak yakin bahwa
tamu tak diundang inilah yang menyebabkan rusa – rusa berkeliaran takut.
Segera, tamu tersebut diikat di samping pasak kuda yang mereka tunggangi. 4
orang tamu tak diundang ini hanya berniat untuk lewat saja lalu pergi menuju
Bukhara. Tapi, Kaisar tidak ingin melepas mereka begitu saja. Setelah
diperiksa, mereka hanyalah pengelana biasa yang mencari kuda di Gurun Gobi
untuk ditunggangi ke Bukhara. Ada salah satu tamu yang mampu membuat Kaisar
ditimbun banyak pertanyaan dan rasa penasaran. Akhirnya, sang Kaisar percaya
bahwa tamu – tamu pengganggu buruannya tidak lebih dari pengelana biasa dan
Kaisar dengan mudah melepas mereka kecuali satu tamu.
Pasukan di bawah pimpinan Panglima Albuqa Khan
kembali pulang ke Istana tanpa Kaisar Tuqluq Timur Khan. Di tengah Gurun Gobi, Kaisar
beristirahat sejenak bersama tamu yang tersisa. Kaisar melihat sisi teduh dari
matanya dan cara bicara yang tenang dari tamu ini. Semua itu membuat Kaisar
Tuqluq Timur Khan dihujani banyak pertanyaan. Syekh Jamaluddin tampak tenang
berada di sampinnya berbeda dengan Kaisar yang semakin penasaran tentangnya.
Kaisar kagum akan kesetiaan anak buah Syekh. Dan merasa tidak puas ketika Syekh
menjawab bahwa imanlah yang membayar mereka. Seumur hidup Kaisar tidak pernah
tahu apa itu iman.
Semakin lama Kaisar tahu tentangnya, semakin
ia berani menaruh rasa kepercayaan yang lebih. Kaisar pun memberitahu impian
terbesarnya kepada Syekh Jamaluddin. Bahwa, ia akan mempersatukan Mongolia
kembali. Kaisar menaruh janji pada Syekh bahwa ia akan kembali menemuinya
setelah berhasil mempersatukan Mongolia kembali. Syekh Jamaluddin tidak yakin
janji itu akan ditepati mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Dan suatu
saat ajal dapat menjemput mereka berdua. Jika memang Syekh tidak dapat hidup
lebih lama lagi, keturunannyalah yang akan ditemui oleh Kaisar. Syekh
Jamaluddin menyebutkan sebuah nama yang nantinya harus Kaisar temui. Nama
Rasihuddin pun disebut Syekh. Kaisar berusaha mengingat nama itu. Mereka berdua
pun berpisah, pergi ke daerah yang dituju masing – masing.
Takudar, Arghun, dan Buzun sudah beranjak
dewasa. Mereka bertiga sama sekali tidak kehilangan ketampanan. Para dayang
hanya bisa melihat mereka sembari melayani. Takudar yang semakin bijak, Arghun
yang semakin sulit meredam amarah dan sesekali tidak tampak saat sarapan pagi
bersama saudara dan Permaisuri Ilkhata, lalu Buzun yang kehilangan sisi
kekanakannya.
Keadaan di Istana juga jauh berbeda dengan
sebelumnya. Kaisar lebih suka menyendiri membaca buku dan memutuskan
permasalahan bersama ketiga putranya, tidak dengan Albuqa Khan. Permaisuri
cemas dan sedikit khawatir jika Pangeran Arghun dekat dengan Albuqa Khan.
Kaisar Tuqluq Timur Khan tidak menyangka jika akan ada banyak orang yang ingin
menjatuhkan kedudukannya.
Malam itu, Putri Han Shiang menemui Albuqa
Khan secara langsung. Mereka bersama pejabat – pejabat Istana penting berkumpul
di sebuah kedai. Selir Kasiar yang satu ini rupanya tidak ingin keturunan
Permaisuri Ilkhata memimpin Mongolia. Albuqa Khan langsung menjelaskan taktik
penyingkiran Kaisar. Semua tampak mengiyakan kata – katanya.
Perayaan yang diadakan di sepanjang Sungai
Kerulen ramai. Sungai itu dipenuhi para pejabat penting dan putri – putri
mereka yang cantik – cantik. Semua menikmati malam perayaan tahun ini. Hanyut
di dalamnya. Sehingga Istana tampak kosong tak terjaga. Ini adalah kesempatan
untuk menyerang Kaisar yang tengah sakit dan beristirahat di peraduannya.
Sendiri. Tanpa ragu, pasukan bertopeng menyerang peraduan Kaisar dan terkejut
ketika menemukan Kaisar berpedang dan siap menghadapi lawan apa saja. Pertarungan
yang tidak imbang itu diketahui oleh Takudar, Permaisuri, Guru Bu Tong dan Guru
Mo Huang. Segera mereka berempat membantu Kaisar. Kaisar memerintahkan agar
Guru Mo Huang dan Takudar pergi menyelamatkan Permaisuri yang lambungnya
tertusuk. Permaisuri pun menyuruh Takudar untuk kabur bersama Ying Chin.
Takudar dan Ying Chin pergi ke mana pun takdir
membawa mereka. Hanya beberapa keping emas dan perak yang dibawa dalam kantung
berlambangkan teratai. Takdir membawa mereka ke Kota Anshi –masih daerah
Mongolia, tempat di mana mereka bertemu Salim dan Khoja Amir. Takudar
menyembunyikan identitasnya dengan nama Baruji.
Salim pun membawa Takudar dan Ying Chin ke
rumahnya. Salim percaya bahwa mereka berdua adalah orang baik. Takudar yang
penuh dendam dan amarah akan kematian Ayahanda dan Permaisuri dapat membuatnya
sejenak menjadi Pangeran jahat. Sekilas Takudar mendengar Salim dipanggil
dengan nama Rasihuddin oleh anak yatim yang dianggap saudara sedarah oleh
Salim.
Takudar menaruh curiga, tetapi Salim tampak
biasa – biasa saja. Salim tampak tenang dan tidak merasa ada hal yang aneh. Tak
lama, Takudar tiba – tiba menanyakan nama Ayah Salim. Salim menjawabnya dengan
tenang. Syekh Jamaluddin. Nama itu yang ia sebut. Sejenak Takudar merasa bahwa
ini hanyalah khayalan semata saja.
Malam sebelum penyerangan, Kaisar Tuqluq Timur
Khan mengunjungi peraduan Takudar sebagai seorang Ayah. Kaisar menceritakan
rahasianya pada Takudar. Ayahanda meminta menemui anak dari Syekh Jamaluddin
sebagai penggantinya. Mereka berpandangan cukup lama.
Takudar berharap Salim tidak menagih janji
Kaisar mengingat keadaan Takudar sekarang. Takudar memohon bantuan Salim untuk
menunaikan janji tersebut. Salim pun menerimanya. Ia sepenuhnya akan memberikan
kesetiaannya pada Takudar asalkan tetap ada di jalan yang benar.
Malam itu, Rasihuddin mengajak Takudar untuk
berwudhu dan menunaikan shalat malam, menyambut hari esok bersama.
Keterangan Novel :
1.
Judul : Sebuah Janji
2.
Pengarang :
Sinta Yudhisia Wisudanti
3.
Penerbit : Gema Insani
4.
Tahun
diterbitkan : Januari 2005
5.
Jumlah halaman :
323 halaman
PS : Thanks to Sinta Yudhisia Wisudanti.
NB : I do not know wut 2 say more.. Janna..
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
No comments:
Post a Comment