3.1.13

Sinopsis Sebuah Janji by Sinta Yudhisia

Assalamu'alaikum Wr.Wb
 Hai, prend. Hari ini, gue sengaja ngepost hasil dari sinopsis yang gue buat. Semoga bisa bermanfaat. Dan, terima kasih buatSinta YudhisiaWisudanti, si Pengarang Novelnya. Terima kasih banget udah menghasilkan karya yang bisa buat gue..gue... cantik. Maksud? Nggak Tahu. 

Check it out! 
“Sebuah Janji”

Tuqluq Timur Khan. Nama itu terngiang di telinga para awam. Penguasa generasi setelah Kaisar Agung Jengiz Khan yang terkenal dengan keberanian, jiwa pemimpin yang tidak diragukan dan semangatnya. Hanya perlu menaklukan beberapa daerah bekas kekuasaan Kaisar Agung Jengiz Khan sehingga impiannya untuk mempersatukan wilayah Mongolia kembali sudah semakin dekat. Tugluq Timur Khan berjuang sangat keras bersama orang kepercayaan yang selalu ada di sisinya, Panglima Albuqa Khan. Dulu, Mongolia berada dalam satu imperium besar. Namun, wasiat Kaisar Agung Jengiz Khan agar keempat putranya memimpin Mongolia bersama – sama merupakan langkah yang fatal.  Keempat putranya seperti tergiur oleh keinginan akan limpahan harta dan kejayaan yang abadi sehingga membuat Mongolia terpecah belah.
Istana kerajaan yang membentang luas dengan taman dipenuhi bunga teratai bermekaran. Di dalamnya tidak pernah sepi, para dayang berseliweran melayani penghuninya. Hari itu, Permaisuri mengunjungi ketiga putranya yang sedang berlatih. Tampaknya sang dewi langit sangat rindu akan mereka. Sesampainya di tempat pelatihan, ketiga putranya terkejut dan menyudahi latihan mereka demi melihat Permaisuri turun dari kereta kencana. Pengeran Takudar dengan sifat kepemimpinan yang luar biasa dari Ayahandanya dan kebijakan yang dimiliki Permaisuri Ilkhata, sang Ibunda, yang dimilikinya. Arghun, Pangeran kedua yang cepat mengambil keputusan dan sulit meredam amarah berbeda jauh dengan Pangeran pertama dan ketiga. Buzun si bungsu yang selalu tenang menghadapi masalah dan selalu tampak ceria. Mereka bertiga berlatih memanah, menombak dan berkuda bersama Guru Bu Tong dan Guru Mo Huang setiap hari. Tak lupa, mereka juga mempelajari sejarah kerajaan terdahulu dan taktik perang.
Peristiwa yang terjadi pada penerus Kaisar Agung Jengiz  Khan kembali menghantui  sang Permaisuri Ilkhata. Akhir – akhir ini, Permaisuri tampak resah walaupun Bibi Yan Che –kepala para dayang di Istana, telah menenangkannya. Guru Bu Tong dan Guru Mu Huang juga telah berkata bahwa ketiga putranya adalah putra yang luar biasa hebat sehingga, mereka berdua berpikir pernyataan itulah yang sekiranya mampu membuat Permasiuri Ilkhata tersenyum puas dan bangga.
Di bawah terik matahari, pasukan berkuda yang di pimpin Kaisar Tuqluq Timur Khan mulai berburu rusa. Tidak seperti biasanya, hanya satu rusa yang berhasil dipanah. Di hari – hari biasa, mereka mampu mendapatkan rusa 10 ekor lebih. Kaisar tampak tidak puas dan marah pada dirinya sendiri. Tak lama, datang tamu tak diundang. Albuqa Khan tampak yakin bahwa tamu tak diundang inilah yang menyebabkan rusa – rusa berkeliaran takut. Segera, tamu tersebut diikat di samping pasak kuda yang mereka tunggangi. 4 orang tamu tak diundang ini hanya berniat untuk lewat saja lalu pergi menuju Bukhara. Tapi, Kaisar tidak ingin melepas mereka begitu saja. Setelah diperiksa, mereka hanyalah pengelana biasa yang mencari kuda di Gurun Gobi untuk ditunggangi ke Bukhara. Ada salah satu tamu yang mampu membuat Kaisar ditimbun banyak pertanyaan dan rasa penasaran. Akhirnya, sang Kaisar percaya bahwa tamu – tamu pengganggu buruannya tidak lebih dari pengelana biasa dan Kaisar dengan mudah melepas mereka kecuali satu tamu.
Pasukan di bawah pimpinan Panglima Albuqa Khan kembali pulang ke Istana tanpa Kaisar Tuqluq Timur Khan. Di tengah Gurun Gobi, Kaisar beristirahat sejenak bersama tamu yang tersisa. Kaisar melihat sisi teduh dari matanya dan cara bicara yang tenang dari tamu ini. Semua itu membuat Kaisar Tuqluq Timur Khan dihujani banyak pertanyaan. Syekh Jamaluddin tampak tenang berada di sampinnya berbeda dengan Kaisar yang semakin penasaran tentangnya. Kaisar kagum akan kesetiaan anak buah Syekh. Dan merasa tidak puas ketika Syekh menjawab bahwa imanlah yang membayar mereka. Seumur hidup Kaisar tidak pernah tahu apa itu iman.
Semakin lama Kaisar tahu tentangnya, semakin ia berani menaruh rasa kepercayaan yang lebih. Kaisar pun memberitahu impian terbesarnya kepada Syekh Jamaluddin. Bahwa, ia akan mempersatukan Mongolia kembali. Kaisar menaruh janji pada Syekh bahwa ia akan kembali menemuinya setelah berhasil mempersatukan Mongolia kembali. Syekh Jamaluddin tidak yakin janji itu akan ditepati mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Dan suatu saat ajal dapat menjemput mereka berdua. Jika memang Syekh tidak dapat hidup lebih lama lagi, keturunannyalah yang akan ditemui oleh Kaisar. Syekh Jamaluddin menyebutkan sebuah nama yang nantinya harus Kaisar temui. Nama Rasihuddin pun disebut Syekh. Kaisar berusaha mengingat nama itu. Mereka berdua pun berpisah, pergi ke daerah yang dituju masing – masing.
Takudar, Arghun, dan Buzun sudah beranjak dewasa. Mereka bertiga sama sekali tidak kehilangan ketampanan. Para dayang hanya bisa melihat mereka sembari melayani. Takudar yang semakin bijak, Arghun yang semakin sulit meredam amarah dan sesekali tidak tampak saat sarapan pagi bersama saudara dan Permaisuri Ilkhata, lalu Buzun yang kehilangan sisi kekanakannya.
Keadaan di Istana juga jauh berbeda dengan sebelumnya. Kaisar lebih suka menyendiri membaca buku dan memutuskan permasalahan bersama ketiga putranya, tidak dengan Albuqa Khan. Permaisuri cemas dan sedikit khawatir jika Pangeran Arghun dekat dengan Albuqa Khan. Kaisar Tuqluq Timur Khan tidak menyangka jika akan ada banyak orang yang ingin menjatuhkan kedudukannya.
Malam itu, Putri Han Shiang menemui Albuqa Khan secara langsung. Mereka bersama pejabat – pejabat Istana penting berkumpul di sebuah kedai. Selir Kasiar yang satu ini rupanya tidak ingin keturunan Permaisuri Ilkhata memimpin Mongolia. Albuqa Khan langsung menjelaskan taktik penyingkiran Kaisar. Semua tampak mengiyakan kata – katanya.
Perayaan yang diadakan di sepanjang Sungai Kerulen ramai. Sungai itu dipenuhi para pejabat penting dan putri – putri mereka yang cantik – cantik. Semua menikmati malam perayaan tahun ini. Hanyut di dalamnya. Sehingga Istana tampak kosong tak terjaga. Ini adalah kesempatan untuk menyerang Kaisar yang tengah sakit dan beristirahat di peraduannya. Sendiri. Tanpa ragu, pasukan bertopeng menyerang peraduan Kaisar dan terkejut ketika menemukan Kaisar berpedang dan siap menghadapi lawan apa saja. Pertarungan yang tidak imbang itu diketahui oleh Takudar, Permaisuri, Guru Bu Tong dan Guru Mo Huang. Segera mereka berempat membantu Kaisar. Kaisar memerintahkan agar Guru Mo Huang dan Takudar pergi menyelamatkan Permaisuri yang lambungnya tertusuk. Permaisuri pun menyuruh Takudar untuk kabur bersama Ying Chin.
Takudar dan Ying Chin pergi ke mana pun takdir membawa mereka. Hanya beberapa keping emas dan perak yang dibawa dalam kantung berlambangkan teratai. Takdir membawa mereka ke Kota Anshi –masih daerah Mongolia, tempat di mana mereka bertemu Salim dan Khoja Amir. Takudar menyembunyikan identitasnya dengan nama Baruji.
Salim pun membawa Takudar dan Ying Chin ke rumahnya. Salim percaya bahwa mereka berdua adalah orang baik. Takudar yang penuh dendam dan amarah akan kematian Ayahanda dan Permaisuri dapat membuatnya sejenak menjadi Pangeran jahat. Sekilas Takudar mendengar Salim dipanggil dengan nama Rasihuddin oleh anak yatim yang dianggap saudara sedarah oleh Salim. 
Takudar menaruh curiga, tetapi Salim tampak biasa – biasa saja. Salim tampak tenang dan tidak merasa ada hal yang aneh. Tak lama, Takudar tiba – tiba menanyakan nama Ayah Salim. Salim menjawabnya dengan tenang. Syekh Jamaluddin. Nama itu yang ia sebut. Sejenak Takudar merasa bahwa ini hanyalah khayalan semata saja.
Malam sebelum penyerangan, Kaisar Tuqluq Timur Khan mengunjungi peraduan Takudar sebagai seorang Ayah. Kaisar menceritakan rahasianya pada Takudar. Ayahanda meminta menemui anak dari Syekh Jamaluddin sebagai penggantinya. Mereka berpandangan cukup lama.
Takudar berharap Salim tidak menagih janji Kaisar mengingat keadaan Takudar sekarang. Takudar memohon bantuan Salim untuk menunaikan janji tersebut. Salim pun menerimanya. Ia sepenuhnya akan memberikan kesetiaannya pada Takudar asalkan tetap ada di jalan yang benar.
Malam itu, Rasihuddin mengajak Takudar untuk berwudhu dan menunaikan shalat malam, menyambut hari esok bersama.

Keterangan Novel :



1.      Judul                      :  Sebuah Janji

2.      Pengarang              :  Sinta Yudhisia Wisudanti
3.      Penerbit                 :  Gema Insani
4.      Tahun diterbitkan  :  Januari 2005
5.      Jumlah halaman     :  323 halaman


PS : Thanks to Sinta Yudhisia Wisudanti. 
 NB : I do not know wut 2 say more.. Janna..

Wassalamu'alaikum Wr.Wb
 

No comments:

Post a Comment