8.2.13

Naungan Pertama Gama Part 1

            Assalamu'alaikum Wr. Wb

Ini CerBung.


Happy reading!!




            Aku, Gama. Gama Karmelia. Penghuni perempuan satu-satunya di tempat yang pelajar sekolah dasar kenal dapat melindungi diri dari panas matahari, hujan serta ancaman hewan buas. Gelar ratu termulia di antara lelaki perkasa, yang biasa kusebut Abang dan Bapak –kusandang sejak Emak dan Delta tiada. Baru 7 bulan, 5 minggu, 12 hari kami ditinggalnya. Pergi ke dunia lain, menari bersama para arwah tak bertuan. Mengawasi kami kapanpun Emak mau, pun kelinciku Delta yang belum berumur jagung.
            Orang bilang, di umurku yang sudah bisa mendaftar untuk pembuatan KTP ini, seharusnya sudah menggandeng seseorang. Kata-kata bijak mereka yang di telingaku terdengar seperti sekantong hinaan membuatku menggandeng Tanya, sohib Bang Alfa. Alfa, abang tertuaku. Mengeluh setiap malam lantaran tak kunjung mendapat pasangan hidup. Aku hanya menepuk pundaknya sembari berkata “Tunggulah sebentar”, tak tahan rasanya melihat mukanya yang kusut. Bulan depan, tepat bulan Mei, adalah bulan bahagia buatnya. Ucapan selamat dari sohibnya, bingkisan biru muda dari Bang Beta –abangku yang lain, dan bonus uang saku dari Bapak. Rumah kami penuh dengan senyumnya yang membeludak, mengisi ruang kosong. Mengubah segalanya yang semula hitam kelam jadi merah muda merona. Bang Alfa adalah satu-satunya orang yang sangat peduli terhadap hari di mana kita pertama kali terjun ke alam baru, alam dunia. Berulang kali Bang Alfa menasehatiku tentang pentingnya hari itu dan rasa bersyukur kita terhadap makhluk yang bernama Emak. Kultum yang aku dapat plus air liurnya yang terkadang mampir ke kemejaku, berhasil buat Bang Alfa bungkam dengan kata “Tua!” lantaran aku terjangkit virus bosan. Aku tahu dia bermaksud baik. Hanya satu yang kuharapkan darinya, kapan dia sadar kalau Tanya adalah pasangan hidupnya?
            Sejak Emak pergi, tak pernah kulihat Bapak seperti bayi kehilangan dotnya. Bapak sangat tegar. Walaupun dulu Bapak dikelilingi banyak wanita yang umurnya 8 tahun di atasku, Bapak selalu berkata bahwa Emak adalah cintanya. Kafe yang di bangun tepat 3 tahun setelah pernikahan Emak dan Bapak, jadi agak sepi sejak senyum Emak tak lagi menempel pada setiap ujung meja pengunjung. Emak adalah orang yang terkenal ramah dan murah senyum.  Sekarang, kafe itu milik Bang Beta. Dia yang mengurus semuanya sembari melanjutkan kuliahnya. Bang Beta biasa berangkat ke kampus bersama Bapak yang selalu membawa buku sastra untuk dipelajari bersama murid-muridnya.
            Semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri. Bapak yang sibuk dengan murid khususnya yang akan dikirim ke Jerman untuk lomba menulis artikel. Bang Alfa yang bingung sendiri sembari berkomat-kamit dengan wajah melas, “Di mana jodohku?”. Namun, Kak Tanya hanya tertawa kecil melihat tingkah laku absurd sohibnya itu. Kafe dan skripsi membuat Bang Beta jarang bermain Scrable denganku. Dan aku. Aku sibuk dengan ikan peninggalan bersejarah dari sahabat penaku, Loreng di Sulawesi. Sesekali, aku memberinya hiburan musik klasik. Vivaldi Winter mvt 1 Allegro non molto, 3 kali seminggu menjadi hiburan wajib bagi kami.
            Menjadi dosen senior tidak segampang yang aku kira, dibalik raut wajah Bapak yang setiap pulang kerja tak pernah kusut, berhasil membuat kami sukses pindah rumah 2 kali dalam setahun. Bapak terkenal pandai dalam hal Sastra.
“Aku bukan siapa-siapa bagimu... Oh.. Kasih.. Siapa gerangan aku? Kasih....”, kembali alarm Bang Beta berhasil membuatku bangun dan menjitak jidatnya. Walaupun kamar kami dipisahkan oleh tembok bata, lagu pengingat alarm itu bagai suara 8 semi laki-laki. Kulipat kembali selimut yang menemaniku sepanjang malam melawan dingin. Kurapikan semua yang pernah kujajah. Dan turun ke bawah melewati daerah kekuasaan Bang Alfa. Aku, Bang Alfa dan Bang Beta tidur di lantai yang sama. Sedang Bapak dan Emak, memilih lantai pertama untuk dijadikan kerajaan mereka berdua.
Aku kembali teringat, menjelajahi masa laluku. Kembali membuka lembar usang yang telah lama kusimpan rapat-rapat dalam kotak musang besi. Lembar demi lembar kususun kembali dan menemukan sesuatu yang pantas untuk dihina dan ditertawakan.

 -bersambung...
  
PS : since i know it was you. i become happier than before.

NB : ba. 


Wassalamu'alaikum Wr. Wb

No comments:

Post a Comment