8.2.13

Naungan Pertama Gama Part 2

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Ini lanjutannya..

Happy reading!


 Hari itu, hari di mana kami sekeluarga baru saja melakukan pindah rumah.  Lagi. Bapak ditugasi untuk mengajar di Universitas lain. Kami harus mengatur ulang semuanya. Alhasil, sekolahku pun jadi korban. Belum lama aku beradaptasi dan memiliki 1 orang yang paling kupercaya dan mengucap kata, “Halo.”, aku sudah harus mengucapkan kata, “Selamat tinggal, teman”. Keadaan ini membuatku berpikir untuk selalu terikat lebih dulu dan lebih cepat pada lingkungan baru, agar aku tidak menyesal seperti saat aku tidak memiliki seorang teman sama sekali. Emak bilang, aku orang individual. Bipolar Disorder. Emak bilang, aku agak mirip orang yang berkepribadian ganda. Kata-kata Emak itu melayang-layang di dalam pikiran kosongku, mengarungi samudera yang sudah lama kering. Terlalu ambisius dan bersemangat, tak tidur untuk seharian penuh, dan merasa malu pada diri sendiri, dan aku pernah tak henti-hentinya menangis sampai Emak memelukku.
Beberapa hari setelah aku sadar betapa hinanya diriku saat itu, aku malu. Rasa malu telah membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Setidaknya itu yang dapat kuingat. Bapak dan Emak mendaftarkan dan memasukkanku ke sekolah yang baru. Dengan modal nilai yang kumiliki, senyum Emak dan uang Bapak, aku dengan mudah  masuk ke dalam lingkungan baru.  
             Aku benci hari pertama sekolah. Selebar apapun senyumku pada Bapak dan Emak, hatiku menjerit. Tepat pukul 06.10 WIB, aku turun dari mobil sedan dan melambaikan tangan sembari hati berkata, “Pak, jangan pergi!”. Bapak janji, kali ini adalah pindah untuk yang terakhir kalinya.  Kupegang janji itu dan masuk ke kelas yang sudah ditentukan. Orang-orang yang sangat asing buatku mulai berbisik dan bergosip tentang makhluk asing baru di kelas mereka. Telinga, mulut, mata dan badanku sudah biasa menerima respon tajam itu. Pelajaran pertama diisi oleh Bu Teguh. Ditentengnya buku diktat Bahasa Indonesia. Kebetulan, Bu Teguh adalah kenalan Bapak. Seperti biasa, aku memperkenalkan diri sebagai makhluk asing baru. Reaksi orang-orang di hadapanku sudah dapat ditebak. Melongo, kaget,  dan menahan tawa. Tak lama, senyum palsu kulontarkan sebagai bentuk respon buat mereka. 

-bersambung....

 
PS : do really wish that we have the same prespective.

NB : ba.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

No comments:

Post a Comment