10.1.15

Another State Of Mind #6

Assalamualaikum Wr.Wb
"It is not the magnitude of our actions but the amount of love that is put into them that matters." -Mother Teresa




Part : 1 2 3 4 5 6


[RE-CALLING]
The SYC LDK

Where were we? Oh yeah.

He kept missing like a ghost. But then I realized he was busy with MPK’s thing. Who would lead us to a brighter path? *vomiting*. The games were over and we were being led to classroom where we would be slept for a night. Luckily, Arel was in the same (class)room with me. Not long after, the seniors ordered us to take a holy water and pray in mosque then back with the agenda needed to be accomplished. They were very strict and sharp (?). I mean, I found A very independent –you can call her– senior who spoke really loud without any hesitations. Her walking was very steady but quick. Her gaze –mostly– was as sharp as a dagger. Whoa! Enough about her. This is my ‘unlikely good’ journey to another hi. Phew~

We prayed, we walked, we breathed, we talked, we stared, we were alive~ yo yo mama. The dinner time would soon be started. The seniors gathered us in the school yard and told us to make a circle sitting each group. I was really lucky not having the same team as Sir. It would just make my heart beating faster. Then my dead body would be found in a tree called ‘Hanging Tree’ (?).

We waited for the food and guess what... We ate the food we had brought from home. And the foods here were the determined food for the pass code before. White rices, fried salty fish, basil, boiled tofu, fermented soybean, beans, cabbage, and eggplant. What made me want to puke a blood was our foods were being mixed together with the others in team. Gross! And all I could do was eating the beans along with boiled cabbage and basil. What? A vegetarian? Since when? Since an hour ago.  I almost vomited due to the weird taste mixing in my holy mouth. Hrrr..

After had a dinner, we prepared to perform our rearrangement. He became our team's conductor. I had a solo part and I would have just collapsed because everybody was actually looking at me. Their eyes.. oh my, I couldn't face them. Then I chose to look at the conductor only. The performances were over and we were allowed to sleep and regain our energy. Arel and I decided to sleep with LDK's attribute kept sticking on our bodies.

-next-

Langit Desember (5) - END

Assalamu'alaikum Wr.Wb
This is based on true story. Her love-life. 
Halida is my sister whom I respect a lot, admire, and adore. She is in Bintaro, Tangerang now for her study. And apparently she's having a CABUL (Capacity Building, it's like MOS in High School) in Bandung. Wish her luck. Arigatou :].
Enjoy.


Langit Desember
by Babun - Halida An Nabila

Part : 1 2 3 4 5

Hari yang berlalu terlalu cepat itu pun usai. Kau mendengar teman-temanmu saling melempar salam liburan dan mengingatkan satu sama lain untuk membawa oleh-oleh. Kau membisu. Kau mengemasi barang-barangmu dan berjalan pulang. Gontai.

Pikiranmu semakin kosong seiring dengan bertambahnya langkahmu. Kau hampir bisa merasakan sesuatu yang basah menetes. Dan kau menghentikan langkahmu saat air itu mengaburkan pandanganmu. Air hujan. Langit Desember menangis lagi. 

Di kejauhan kau melihat sosoknya. Kau tidak berhenti menatapnya sampai punggungnya yang tegap menghilang di kejauhan. Kau menjadi penasaran menunggu apa yang akan terjadi setelah liburan ini, saat hari-hari di kampus pulih ke rutinitasnya lagi. Akankah kau terus mengerahkan indramu dalam diam? Merekam rona wajahnya, menghafal tawanya, membaui aroma tubuhnya, lagi dan lagi? Hujan turun rintik-rintik. Stabil, tenang, membuatmu merasa aman. Jadi kau memutuskan untuk tersenyum, membiarkan untuk kesekian kalinya, pertanyaan-pertanyaan itu ditelan langit Desember. 

Dan seperti biasa, kau tidak pernah memperoleh jawaban. 

***

Langit Desember (4)

Assalamu'alaikum Wr.Wb
This is based on true story. Her love-life. 
Halida is my sister whom I respect a lot, admire, and adore. She is in Bintaro, Tangerang now for her study. And apparently she's having a CABUL (Capacity Building, it's like MOS in High School) in Bandung. Wish her luck. Arigatou :].
Enjoy.


Langit Desember
by Babun - Halida An Nabila

Part : 1 2 3 4 5

Tanpa kau sadari, Desember telah melampaui separuh perjalanannya. Hari-hari kampusmu yang melelahkan akan segera digantikan dengan tidur santai, makanan bergizi, dan suara adik-adikmu di kampung halaman. Hari itu adalah hari terakhir sebelum libur tiba. Pagi itu, kau mengenakan pakaian kuliahmu. Kau mendekati cermin dan melihat pantulan kalender. Dunia berhenti berputar. Kau menyadari sesuatu. Kau baru saja paham bahwa libur akan mengurangi jatahmu. Jatah window-shoppingmu. 

Hei Desember, bisakah kau membeku?

***

Hari itu kau rasa berlalu terlalu cepat. Delapan sks terasa seperti berabad-abad di hari normal. Tapi tidak hari itu. Hari itu berbeda. 

Kau merutuki diri sendiri. Tentang bagaimana dirimu bisa menjadi begitu bodoh dan baru menyadari hal penting. Kau tidak siap dicekik rindu. Kau tahu mungkin orang lain akan menganggap kegundahanmu konyol, karena toh pada akhirnya kau akan bisa melihat sosoknya setelah liburan usai dan hari-hari kampus dimulai lagi tahun depan. Tetapi itu tidak konyol. Liburan benar-benar membuatmu gelisah. Saat window-shopping, kau jatuh cinta seperti bocah kecil, sebab perasaanmu tidak sedikitpun dicampuri hasrat untuk memiliki. Dan bagi bocah kecil, seminggu terasa seperti setahun. Dan 3 minggu akan terasa seperti selama-lamanya. Kau bahkan tidak akan sanggup mengatakan “selamat liburan, sampai jumpa tahun depan,” padanya. Akan terasa salah. Mencintai dengan window-shopping adalah seni mengagumi jarak jauh. Perasaanmu harus disembunyikan dan diasingkan, bahkan dari hatimu sendiri. Rumit memang, tapi begitulah adanya.

Langit Desember (3)

Assalamu'alaikum Wr.Wb
This is based on true story. Her love-life. 
Halida is my sister whom I respect a lot, admire, and adore. She is in Bintaro, Tangerang now for her study. And apparently she's having a CABUL (Capacity Building, it's like MOS in High School) in Bandung. Wish her luck. Arigatou :].
Enjoy.


Langit Desember
by Babun - Halida An Nabila

Part : 1 2 3 4 5

Window-shopping sama sekali tidak buruk, bukan?

Window-shopping. Haha. Lyle—teman chat favoritmu—adalah orang pertama yang memberitahumu istilah yang tepat menggambarkan perasaanmu. Suatu hari, kau memberitahu Lyle tentang perihal kasmaranmu. Dan Lyle memberimu nasihat untuk mengungkapkan perasaanmu padanya dan menjadikannya milikmu. Tapi bukan itu yang kau mau. Kau tidak yakin dia melihatmu seperti caramu melihatnya. Lagipula kau pun paham betapa mengerikan hubungan teman-temanmu yang tadinya saling menyukai, lalu berpacaran, dan putus dengan dramatis, yang kemudian melibatkan proses move on yang sangat memakan waktu. Logika sederhana: memiliki berarti siap kehilangan, dan kehilangan menimbulkan rasa sakit. Kau benci rasa sakit dan mungkin karena itulah kau ingin mengurung perasaanmu. Kemudian Lyle berkata, “I see. You’re just window-shopping!” Mulanya kau tidak paham maksud cewek Los Angeles yang kadang agak sinting itu. Kemudian kau menyadarinya perlahan-lahan.

Layaknya window-shoppers, kau hanya ingin menatap sosoknya dari balik jendela kaca, mengaguminya dengan intensitas luar biasa, lalu berjalan pergi tanpa membelinya. Permasalahannya, kau belum ingin berjalan pergi. Kau masih terpaku di tempat oleh semacam urgensi, jenis urgensi yang membuat laron terbang mendekati sumber cahaya. 

***