22.6.14

Lahirnya Lima Sekawan Bukan Anjing #6

Assalamu'alaikum Wr.Wb


Still Frday, 5th June.
At my place,

Mengetahui Rani sedang menahan diri dari makanan dan minuman dari terbitnya fajar shidiq hingga terbenamnya matahari berhasil buat kita bungkam untuk sedetik. Dan sedetik kemudian kita semakin bersemangat karena berkurangnya satu mulut untuk diberi makan. Kita pun sujud berjamaah. 
Well, gue pribadi felt burdensome. Kenapa? Ya kan nggak enak aja. Kita semua pada makan dan tiba-tiba ada mandor yang mengawasi dengan ganas (red. Rani). Gue minta maaf banget ya, Ran. 

Dan pada akhirnya kita pun sholat terlebih dahulu. For the first time in forever, Kiki entered my house. Gue sengaja nyuruh cowoknya untuk ambil wudlu duluan. Dan setelah Rani dan gue ambil wudlu, gue mendapati Huda duduk di sofa dengan nyaman sembari menyalakan kipas angin dengan sotoynya. #Wah, nih anak kamfret bener. Kurang asem. Lu kate ini rumah sapa, e? Bapak lu? Eh, tapi sabar. Dia kan bapak virtual gue..# Gue dengan reflek negur dia dengan benar-benar nggak sopan dan kasar. Dia sempet ngejit dan lompat kayak kucing amnesia. Respon yang dia berikan cukup buat gue ngelempar lembing ke jantung dia. Tapi meleset karena gue ketinggian. Jadi, gue lembing gue malah nyasar di rambutnya. Dan dia botak.

Semua udah pada wudlu dan siap-siap sholat kecuali Firda (lagi dapet, cin.. ). Kita sempat debat pilbelti (pemilihan gembel sejati) untuk menentukan siapa yang jadi imam di sholat jamaah ini. Dan Huda menolak dengan alasan dia kurang hafal do'a. #Sialan. Mau harat lagi nih anak. Kamfret bener kerjaannya. Stop tipu-tipu, e! Dasar mantan rohis, lu! Eh, tapi sabar. Dia kan bapak virtual gue...# Akhirnya Kiki memimpin jadi imam sholat dzuhur kita. Semuanya berjalan all is well dan hikmad. 

Sholat udah kelar, kita balik ke teras depan dan ngobrol-ngobrol sedikit. Terus gue pancing mereka untuk makan siang. Gue udah bilang, kan? Hari itu gue sedikit dilema karena satu sisi gue harus ngajak mereka makan masakan emak gue dan gue yang dimasak jam 5 pagi dan di satu sisi gue berat hati menyerahkan ayam kecap gue. -...-

Yak. Kita pun pergi ke ruang keluarga. Dan ngobrol-ngobrol dikit. Kemudian gue mendapati Rani dan Firda udah rame di kamar gue. Gue spontan teriak dan berusaha menjauhkan mereka dari sana. Kamar itu aib, sis. Then, Rani pun ketawa ngeliat foto bayi si Fian (temen gue di 9.7) kepampang di belakang pintu kamar gue. Gue dan Fian udah menjalin hubungan kurang lebih 11 tahun. Kita bagaikan katak beradik. Dia kataknya, gue tainya. 

Nggak lama, gue pun langsung nyiapin makanan. Gue taruh tuh nasi, ayam kecap, dan sop jagung ala emak gue di atas meja biru. Dan kita pun makan. Kalau nggak salah si Huda adalah orang terakhir yang ngambil nasi. And then there was Rani sitting comfortly on my sofa and playing my bro's tab. She didn't seem to offence. I was glad she was okay. Dengan lahap kita makan sampe mereka nggak nyadar gue kentut dan berkedip. 

-next-

No comments:

Post a Comment